Dugaan terjadinya malapraktik di RSUD Djoelham yang berada di Kelurahan Satria, Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai kian santer. Bahkan telah beredar viral di media sosial.
Rantam Br Ketaren (75) diduga menjadi korban dugaan malapraktik saat menjalani Hemodialisis (cuci darah) kedua kalinya di RSUD Kota Binjai itu.
Tiopan, anak korban mengatakan ibunya melakukan cuci darah kedua pada, 15 Februari 2025 dan meninggal dunia dihari yang sama.
“Ibu saya masuk ke RSUD Djoelham pada 8 Februari 2025 kemarin. Lalu pada 12 Februari 2025 lakukam cuci darah untuk pertama kali. Lalu cuci darah kedua pada 15 Februari 2025, namun ibu saya meninggal dunia,” ujar Tiopan anak korban saat diwawancarai, Kamis, 27 Februari 2025.
Tiopan menceritakan bahwa ketika itu, ibunya menjalani cuci darah selama satu jam lamanya. Pada waktu itu dokter sempat mengatakan bahwa ibunya sudah bisa pulang.
Mendengar itu, Ia menyempatkan diri, pergi ke pasar Kaget Binjai, guna membeli perbekalan ibunya. Namun tiba-tiba kakaknya menelpon sambil menangis histeris sembari mengatakan ibunya telah meninggal dunia.
Tiopan langsung kembali ke RSUD Djoelham, sesampainya di sana ia melihat ada satu unit mobil pemadam kebakaran.
Saat itu, Tiopan mendapati petugas pemadam memasukkan selang ke dalam ruangan Hemodialisa (HD).
“Sedangkan ibu saya, dadanya lagi ditekan-tekan. Dan saya mendengar perkataan tim medis waktu itu, menyatakan ibu saya meninggal dunia. Sepontan saya terkejut, saya tanya juga kenapa mesinnya ada tulisan “No Water”. Ada alarm berbunyi dan kedipan lampu berwarna merah,” ujar Tiopan.
Tiopan mengaku ada petugas media yang menyahut pertanyaannya, “Kan sudah ada pemadam kebakaran lagi di isi pak. Langsung saya berpikir jika ibu saya meninggal karena tidak ada air di mesin HD itu,” sambungnya.
Duga Ada Kejanggalan
Tiopan merasa ada kejanggalan dan ketidak beresan atas kematian ibunya. Ia pun mencari tahu kebenaran penyebab kematian ibunya.
“Informasi yang saya dapatkan dari aplikasi Meta AI, apakah kekurangan air dalam proses cuci darah bisa mengakibatkan kematian? Dan dijawab jika benar, kekurangan air dalam proses cuci darah dapat mengakibatkan kematian,” kata Tiopan.
Dari informasi yang Ia peroleh melalui aplikasi Meta AI menyatakan bahwa kekurangan air saat cuci darah dapat mengakibatkan komplikasi serius. Indikasi kekurangan air mengakibatkan kematian ibunya pun terus menghantuinya.
“Pada 15 Februari 2025 sewaktu ibu saya meninggal, saya sudah meminta pihak RSUD Djoelham untuk diklarifikasi, untuk bertemu dengan humas atau direktur,” sebutnya.
Namun sampai saat ini, Ia belum mendapatkan klarifikasi dan penjelasan dari pihak rumah sakit atas kematian ibu tercintanya.
Piha RSUD Bungkam
Padahal, Tiopan telah menyampaikan pesan tertulis kepada pejabat di RSUD Djoelham terkait pelayanan publik di rumah sakit milik pemerintah itu.
Tiopan mengamati pelayanan publik RSUD Djoelham. Dimana akses lift untuk keluarga pasien tidak diberikan 1×24 jam.
“Lift itu hanya sampai pukul 18.00 WIB saja. Beberapa bagian bangunan lampunya remang tak layak. Air di kamar mandi rumah sakit ini juga kuning dan berbau tak sedap,” kata Tiopan.
Disinggung apakah kejadian ini akan dibawa ke ranah hukum, Tiopan menjelaskan akan menunggu terlebih dahulu itikat rumah sakit 2-3 hari mendatang.
Sementara itu, awak media masih berupaya mendapatkan keterangan dari pihak rumah sakit. Pasalnya beberapa petugas di RSUD Djoelham memlilih bungkam atas peristiwa tersebut.