Sipirok, mendengar namanya, kita pasti langsung terbayang dengan satu daerah perbukitan yang dingin. Daerah dengan masyarakat yang ramah tamah, serta pemandangan budaya yang amat sangat kental.
Sipirok merupakan ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Daerah ini merupakan tanah kelahiran seorang Pahlawan Nasional dan sekaligus pendiri HMI ( Himpunan Mahasiswa Indonesia) Lafran Pane.
Sipirok merupakan daerah perlintasan yang menghubungkan Tarutung dan Padang Sidempuan. Kaya akan sumber daya alam serta banyak lahir pemikir-pemikir Nasional. Diantaranya Lafran Pane, Mangaradja Soangkoepon, Abdul Rasjid Siregar.
Ini menjadi bukti bahwa Sipirok memiliki kekayaan serta kebudayaan yang maju hingga saat ini.
Tetapi selain hal hebat ini semua, ternyata Sipirok memiliki suatu makanan yang bila kita merasakannya pasti langsung jatuh cinta dengan rasanya. Nama makanan ini namanya Panggelong.
Cemilan Legendaris
Panggelong adalah kue legendaris dari Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yang dahulu populer sebagai camilan, terutama di kalangan masyarakat setempat.
Kue ini dibuat dari adonan tepung ketan atau pulut yang dicampur dengan gula aren. Kemudian digoreng dan dicelupkan ke dalam cairan gula arena tau biasa disebut dengan gula merah.
Meskipun informasi spesifik mengenai sejarah dan filosofi kue panggelong ini sangat terbatas. Akan tetapi keberadaannya terus dicari. Bahkan dirindukan, apa lagi saat melintasi Sipirok, wajib untuk membelinya.
Dinikmati dengan kopi panas, Panggelong terasa lebih nikmat. Panggelong mencerminkan kekayaan kuliner dan budaya masyarakat Tapanuli Selatan.
Pelestarian

Penggunaan bahan-bahan lokal seperti tepung ketan dan gula aren. Menunjukkan keterikatan masyarakat dengan sumber daya alam serta kearifan lokal dalam memanfaatkan bahan pangan yang tersedia.
Alexander Chrisse Ginting Munthe, seorang praktisi kuliner mengatakan makanan tradisional seperti panggelong sebenarnya sangat memiliki nilai budaya tinggi.
Selain itu telah menjadi bagian dari identitas dan warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kue tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai panganan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan tradisi dalam masyarakat.
Panggelong merupakan bagian dari ketahanan pangan, karena memiliki kandungan gizi. Selain itu memiliki daya tahan keawetan dan seluruh bahan yang digunakan bersumber dari kearifan lokal.
Bahkan saat kita membelinya, pembungkus yang digunakan dalah daun sikkut/singkut, ini merupakan bentuk keramahan terhadap lingkungan.
Dengan semakin berkembangnya zaman, beberapa makanan tradisional mungkin mulai terlupakan.
Untuk itu, upaya pelestarian dan pengenalan kuliner seperti panggelong penting untuk menjaga keberagaman budaya Indonesia. Hal itu juga bentuk menghormati warisan nenek moyang kita. Maka sudahlah benar ada jargon yang mengatakan “Ikuti jamanmu, jangan tinggalkan budayamu.