Legenda Asal Usul Nama Langkat Berasal Dari Kata ‘Lang Keteh’ Suku Karo

Ilustrasi Panorama Alam Langkat
Iklan Pemilu

Dahulu kala Kabupaten Langkat berbentuk kerajaan yang belum mempunyai nama. Akan tetapi, kerajaan itu berpusat di satu kampung yang bernama kampung Ulak Berayun dekat dengan kampung Karang Gatling di Kecamatan Secanggang.

Pusat kerajaan ini ditandai pula dengan adanya dua kuburan yang nisannya berukirkan tulisan Arab.

Kuburan yang satu bernama Dewa Syapri dan kuburan yang satu lagi kurangjelas tulisannya. Letak kuburan ini di Buluk Cina, Kecamatan Hamparan Perak.

Jaraknya dari Karang Gading tidak jauh karena sungai yang menghubungkan kedua daerah ini bermuara sampai ke Karang Gading.

Daerah inilah menjadi pusat kerajaan karena di situ ada seorang raja yang bernama Raja Benuang. la menetap di kampung Ulak Berayun dekat dengan daerah Karang Gading.

Perkembangan kerajaan ini tidak besar. Oleh karena itulah, kerajaan ini tidak terkenal. Kemudian, seorang putra raja Benuang ini pergi merantau ke Siak, Riau.

Ketika sudah dewasa, putra raja Benuang ini dikawinkan oleh raja Siak dengan putri raja
Siak.

Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak bernama Ahmad. Akan tetapi, orang tua ayah si Ahmad hilang entah ke mana sehingga tidak satu pun orang yang tahu.

Ketika Ahmad beranjak dewasa, ia pun bertekad mencari ayahnya yang hilang itu.

Ibunya berkata, “Kalau engkau hendak juga mencari ayahmu, pergilah engkau ke timur” .

Yang dimaksudnya dengan timur adalah daerah Langkat. Pergilah Ahmad seorang diri mengikuti arah Sungai Langkat dan sampai ke Sungai Wampu.

Akhirnya , sampailah Ahmad ke Gebang. Sesampainya di daerah ini, dia diangkat oleh penduduk menjadi raja setelah mereka mengetahui bahwa Ahmad adalah cucu Raja Benuang.

Setelah resmi menjadi raja, dia ingin membesarkan kerajaannya. Dia dibantu oleh dua orang panglimanya.

Raja Ahmad pun menamakan kerajaannya Langkat

Kemudian, kerajaannya diperluasnya sampai ke kampung Cinta Raja (Namunggas) dan ke Bahorok.

Ketika sampai di Bahorok yang penduduknya berasal dari suku Karo, bertanyalah mereka masing-masing akan hal Raja Ahmad. Akan tetapi, orang yang ditanya pun tidak mengetahuinya.

Baca Juga  Asmara Sang Pujangga Dalam Pusara Duka, Terhalang Titah Raja

Dalam bahasa Karo jawaban itu disebut Lang keteh’ yang berarti tidak tahu‘.

Kata Lang keteh diucapkan berkali-kali. Karena mendengar kata itu, Raja Ahmad pun menamakan kerajaannya Langkat.

Cerita asal nama Langkat ini berasal dari Tengku Usman di Binjai dan juga dari Datok Sicanggang.

Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa asal nama langkat bukan Lang keteh.

Nama Langkat berasal dari nama pohon besar bernama Langkat bentuknya seperti pohon Langsat.

Pohon ini ditebang dan tinggal tunggulnya yang sangat lebar. Dari nama pohon inilah berasal nama Langkat.

Profil Penutur

Penutur : Kadri Ahmadi
Tempat, Tanggal lahir : Tanjung Pura, 1926
Pendidikan : Sekolah Guru
Pekerjaan : Pensiunan Penerangan
Bahasa yang dikuasai : Melayu, Indonesia, Belanda sedikit.

Dalam Bahasa Melayu

Jaman nian daerah Langkat ne bebentuk kerajaan nang belum benama tapi bepusat tang satu kampong benama Karang Gading di daerah Sicanggang.

Adanya pusat kerajaan di siyun betanda pula dengan adanya dua kuburan nang tang nisannya beukiran tulisan Arab.

Nang satu benama Dewa Syapri dan satu lagi tida begiyen terang tulisannya nang dijumpai di daerah Tandam Hamparan Perak nen.

Jarak Karang Gading yo dengan Buluh Cina tida begiyun jaoh kerna sungai nang menghubungkan kedua daerah ne bemuara sampai ke Karang Gading.

Daerah nen pulalah jadi pusat kerajaan kerna disiyun ada sorang raja benama Raja Benuang di Kampong Ulak Berayun te jaoh dari kampong Karang Gading.

Perkembangan kerjaan ne te begiyun besar sebab iyunlah kerajaan nen tida dikenal.

Kudian sorang anak laki-Jaki Raja Benuang ne pegi merantau ke Siak di lndragiri daerah Riau.

Ketika ia yun so baligh oleh orang Siak nun dikawinka anak raja Benuang ne dengan Putri Raja Siak.

Baca Juga  Dengan Semangat Kolaborasi Desa Pulo Sibandang Sumut Kembangkan Wisata

Dari perkawinan nen lahir sorang anak benama Ahmad. Tapi entah maya sebabnya ayah Ahmad, yakni anak Raja Benuang tenan raib entah kemana.

Ketika Ahmad nen so baligh ia pe betekad ncari ayahnya nang ilang yun.

Kudian becakap maknya ke si Ahmad, jinya, “Ko engkau ndak juga ncari ayahmu, pegilah engkau ke Timur nun,” maksudnya “Timur” yo adalah daerah Langkat nen.

Kudian Ahmad pe pegi sorang diri ngikut arah sungai Langkat. Lalu ke Hulu lagi sampai tang sungai Wampu, lama-kelamaan sampailah Ahmad nen tang Kampung Gebang.

Ketika ia sampai tang daerah yun, rakyat di siyun pe menobatka Ahmad nen menjadi raja di siyun. Kernanya, Ahmad nen menceritaka asal-usulnya bahwa ia yun cucu Raja Benuang.

So njadi raja di siyun Ahmad nen ingin pula membesarka kerajaannya, maka ia pe dibantu oleh dua orang panglimanya.

Raja Ahmad pe menamaka kerajaannya “Lang Keteh

Kudian jadi besarlah kerajaannya sampai tang kampung Cinta Raja (Namugas) dan terus sampai tang Bahorok.

Ketika Raja Ahmad yo sampai tang Bahorok nang penduduknya banyak berasal dari suku Karo, betanya masing-masing akan hal Raja Ahmad, tapi sorang pe te tau dan dalam bahasa Karo dikataka orang yo “Lang Keteh,”

“Lang Keteh,” berulang-ulang yang maknanya “Te tau.”

Ndengar nama nen Raja Ahmad pe menamaka kerajaannya “Lang Keteh ”, dan kudian dipendekkannya jadi “Langkat.”

Cerita asal nama Langkat nen berasal dari Tengku Usman di Binjai dan juga dari Datuk Sicanggang.

Tapi ada pula ngataka bahwa bukan “Lang Keteh ” asal nama Langkat yo, tapi adalah dari nama pokok nang tegap bena nang benama pokok angkat.

Ko dikelih bentuk dan daunnya serupa dengan pokok angsat. Waktu mendirikan kerajaan Langkat petang, pokok nen ditebang dan tinggal hanya tunggolnya nang bukan tanggong lebarnya. Kunun dari nama iyunlah nama Langkat nen berasa.

Baca Juga  Rengasdengklok, Peristiwa Satu Hari Menjelang Kemerdekaan Indonesia

Dituturkan di Tanjung Pura, pada 2 November 1983.

Keterangan Penutur

Kadri Ahmadi menerima cerita “Asal-Usul nama langkat” dari orangorang tua di Tanjung Pura dan dari Tengku Usman di Binjai.

Cerita ini menurut penutur miliki banyak versi, tetapi yang diceritakan Kadri Ahmadi lebih mendekati kebenara,  karena ia sering menanyakan cerita ini tidak saja kepada orang-orang tua, tetapi dikaitkan pula dengan kebenaran yang ada.

Kadri Ahmadi sangat menyenangi cerita-cerita sejenis ini, terutama karena kebetulan dia adalah orang langkat dan bekerja di kantor Penerangan pula.

 

Pendapat Peneliti

Cerita ini hanya diketahui orang-orang tertentu saja. Oleh karena itu, sebaiknya cerita ini diketahui juga oleh orang banyak.

Unsur yang menonjol dalam cerita ini adalah unsur pembaruan, adat-istiadat, dan kepemimpinan.

Apa yang diceritakan oleh informan memang masih dipercayai masyarakat Melayu Langkat.

Pada masa kerajaan atau kesultanan Melayu dahulu seringkali seorang raja ingin memperluas daerah kekuasaannya.

Daerah yang baru ini biasanya belum bernama kemudian dinamakan raja atau penakluk daerah itu dengan benda-benda yang dijumpai di sana atau dinamai sesuai dengan nama yang diberikan penduduk di sekitar tempat itu.

Memang ada kebenaran cerita ini, yakni dengan adanya Kabupaten Langkat. Oleh sebab itu, peneliti memasukkannya ke dalam bentuk legenda.

Peneliti : Masindan, Abu Bakar, Matius C.A. Sembiring, dan Tengku Silvana Sinar.

Sumber : Sastra Lisan Melayu Langkat Pusat Pernbinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1987.
Penulis: DjanurEditor: Hidayat Syahputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *