HIKMAH  

Kota kecil di Ramadhan

Iklan Pemilu

Dari kecil dulu, awaq (kata ganti aku kalangan masyarakat melayu, red) hidup di kota Tanjung pura, tepatnya salah satu desa kecil di Tanjung pura.

Besar di sana, hingga dewasa dan mulai menua. Ketika bulan puasa kami ramai-ramai menghidupkannya.

Di sudut gang kecil terang benderang. Cahaya api lilin serupa lampu pijar.

Selepas buka puasa, anak-anak pecahan botol (anak-anak kecil, red) bergegas ke masjid, surau dan mushola.

Selepas taraweh, ada juga yang bolos main-main pada sebuah lapangan luas diterangi cahaya obor dan lilin-lilin kecil.

Sorak sorai anak-anak, gegap gempita suara meriam bambu, mercun cabai dan kembang api, menambah muatan kenangan yang tak mungkin terlupakan.

Jalan-jalan ke paluh Mardan Singgah sebentar ambil rambutan, Mumpung masih Bulan Ramadhan, Yuk, saling memaafkan @safawialjawy

Hari ini jalan-jalan sepi, lorong dua puluh enam tahun yang lalu hanya gelap dan pekat, seakan tak berpenghuni.

Anak-anak gen alpha pada kemana, ya? Dalam hatiku berkata dan bertanya.

Rupa-rupanya mereka hanya berkurung di ruang Maya. Kadang-kadang di emperan mushola juga, tapi sepi. Jangankan berlari, bergerak dan bernafas pun tidak!

Baca Juga  Khutbah kemerdekaan "Merdeka Sesungguhnya"

Sesekali teriak! Anj***g… Katanya. Rupanya, ruang Maya Menculik mereka.

Pikiran dan jiwanya ada disana. Pantasan, tidak ada cahaya lilin-lilin kecil di lorong itu.

Tak ada gelak tawa renyah anak-anak bocah.

Kini Sudah terganti irama tiktok, mobil legend dan tarikan slot scatter yang diimami dewa Zeus.

Sepertinya, ramadhan kali ini lebih menarik dari ramadhan dua puluh, tiga puluh tahun yang lalu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *