Malam ke-27 Ramadhan adalah malam yang sangat meriah.
Kalau dulu, di kampung-kampung, anak-anak belacak menghidupkan lilin-lilin kecil di setiap sudut rumah, jalan-jalan dan memainkan kembang api.
Tradisi memang, dan tidak ada perintahnya disuruh nabi sebagai bagian dari membesarkan malam ramadhan.
Tapi jujur, suasana itu sedemikian indahnya dirasakan. Suasana itu menjadikan ujung-ujung ramadhan semakin syahdu.
Sekarang, listrik masuk hingga pelosok desa. Tak ada ruang gelap di setiap sudut bumi ini.
Nyala lilin kecil digantikan oleh listrik meteran dan non meteran. Tak mengapa memang, dan tak jadi masalah juga.
Tapi, cobalah dipikir, semacam ada yang hilang di balik itu semua.
Bukan sekedar lilin-lilin kecil itu. Bukan sekedar riang anak-anak yang tergantikan dengan canggihnya sebuah ilmu pengetahuan.
Kita Kehilangan nilai-nilai agung ramadhan. Nilai-nilai agung itu berupa ihsan , berbuat baik dengan jujur.
Dalam hadis arbain karangan Imam Nawawi mendefinisikan ihsan adalah ketika engkau menyembah Tuhanmu seakan-akan kau melihatNya, jika tidak, yakinkan dalam dirimu, Tuhan pasti melihatmu.
Menyembah bukan hanya perkara sholat. Dalam setiap aspek ibadah. Salah satunya adalah Puasa.
Puasa adalah ibadah unik yang paling rentan dimanipulasi. Siapa tahu seseorang itu puasa atau tidak, bisa disembunyikan.
Kata Allah, puasa itu untukKU dan aku yang Langsung menilainya. Kata Nabi lagi man shoma ramadhaana imanan wahtisaaban Ghufiralahu ma taqaddama min zanbih.
“Barang siapa yang mengerjakan sholat dengan keimanan dan Ihsan, Allah akan menghapus dosanya yang telah lalu”.
Maksudnya, Berpuasa dengan jujur, dalam kesunyian ia tahu Allah sedang melihatnya.
Ia jalankan puasa tersebut dengan jujur mulai dari terbit fajar sampai tenggelam matahari.
Coba kamu lihat hari ini, di pasar-pasar. Rumah makan tenda biru semakin ramai penghuninya.
Orang tak segan-segan makan minum dan merokok di depan umum.
Jangankan merasa Allah melihat, dilihat satpam perumahan bahwa dia tidak puasa saja ia tidak peduli.
Ini urusan ku, kau urusin urusan ibadahmu! Jangan kepoin orang!
Begitulah kira-kira prinsipnya.
Hari demi hari semakin berlalu, bulan Ramadhan telah sampai di penghujung.
Orang-orang biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa….
Karena mereka tak lagi puasa.