OPINI  

Menepuk Air di Dulang, Terpercik Muka Sendiri

Penulis Ukurta Toni Sitepu

Iklan Pemilu

“Sebenarnya ini adalah hal menarik, bahwa pada hakikatnya mereka dengan secara terang dan gamblang membuka aibnya sendiri”

Dulang atau nampan kelazimannya berbentuk lingkaran dengan permukaannya datar. Dulang biasanya terbuat dari kayu atau kuningan, atau material yang lain.

Pada budaya masyarakat Nusantara, dulang biasanya digunakan dalam prosesi upacara adat, meletakan persembehan, atau sebagai wadah nasi atau makanan lainya.

Oleh sebab permukaanya yang datar, maka jika sedikit saja air tumpah di atasnya akan tersebar merata ke seluruh permukaan.

Lalu jika kita menepuknya, sebagian percikan air akan mengarah ke muka penepuk air. Itu sebabnya ada peribahasa “menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.”

Peribahasa tersebut memiliki makna yang bervariasi, namun intinya segala sesuatu yang kita lakukan bisa kembali ke diri kita sendiri, baik hal baik maupun buruk.

Salah Bernarasi Keciprat Muka Sendiri

Pasca penutupan pendaftara Calon Bupati oleh KPU Langkat, saya banyak menemukan dan membaca narasi-narasi dukungan dalam bentuk serangan opini antar militansi para paslon dalam menyerang lawan lawannya.

Baca Juga  Penerapan Pendidikan Mangrove Penting Guna Cegah Kerusakan Lingkungan

Buruk kah itu? Tentu tidak, tergantung bagaimana cara personal dapat mengurainya dengan akal sehat, itulah politik.

Kadang untuk membunuh karakter seseorang, sebagian dari kita menghalalkan cara agar dapat merebut perhatian pemilih hak suara.

Sedikitnya ada 3 point penting dari narasi yang terbaca saya, narasi yang begitu masif, tetang Calon Wakil Bupati (cawabup) Langkat 2024 Si – BISA (Adli Tama Hidayat Sembiring calon wakil Bupati Langkat yang mendamping Iskandar Sugito, calon Bupati Langkat).

Pertama, Narasi yang menggambarkan bahwa cawabup si – BISA adalah orang terbuang dari Deli Serdang dan  terdampar di langkat.

Kedua, Domisili yang dinarasikan, bahwa cawabup si – BISA adalah sosok yang buta akan permasalahan di Kabupaten Langkat, sosok yang divonis tidak mengenal situasi / kondisi kabupaten langkat

Ketiga, Soal latar belakang cawabup Si – BISA yang dinarasikan hanya sebatas mengaliri darah, keturunan orang kuala dan bukanlah mewakili masyarakat langkat secara personal.

Sebenarnya ini adalah hal menarik, bahwa pada hakikatnya mereka dengan secara terang dan gamblang membuka aibnya sendiri.

Baca Juga  Aldi Tama Menjadi Poros Baru Merestorasi Langkat Menjemput Kembali Kejayaan

Loh koq bisa?

Mengupas Narasi

Baiklah kita akan coba untuk mengupas dan memberikan pemahaman. Sebenarnya persoalan bahwa Cawapub Si – BISA adalah orang yang terbuang dari Deli Serdang, itu adalah keliru, mengapa?

Pertama, dalam sebuah sistem marketing, tak semua produk dapat diterima dalam suatu wilayah (contoh bahwa ternyata daerah A lebih meminati investasi emas ketimbang berlian).

Normal bukan? Kita bukanlah orang yang buta akan politik. Kita mengetahui memilih seorang wakil adalah menjadi hak dan diserahkan sepenuhnya kepada calon ketua untuk memilihnya dan menentukannya.

Bahwa secara internal partai, tempat dimana cawabup  bernaung, dengan terang memberikan dukungan tersebut, lalu dimana salahnya?

Kedua, Apakah cawabup tidak mengenal kondisi di Kabupaten Langkat? Jelas bahwa bukanlah isu krusial, karena calon bupatinya putra asli Langkat, beliau mengenal Langkat dengan baik. Sejak masa mudanya saat menjadi seorang aktivis.

Di sisi lain Cawabup mempresentasikan mewakili generasi melenial, perwakilan kaum muda, tentu akan lebih banyak menyumbang ide dan gagasan (konseptual) kelak ketika terpilih.

Baca Juga  Aliansi Nissan-Mitsubishi Luncurkan Livina Versi Mungil

Ketiga, Pendidikan, seharusnya kita generasi muda, merasa  bangga dengan sosok kepribadian cawabup Si – BISA, hingga mengenyam pendidikan sampai ke Eropa. Tentunya cara pandang beliau akan jauh lebih luas dalam melihat permasalahan, ketimbang cara pandang cawabup punya tetangga.

Beranikah share latar belakang pendidikan cawabup tetangga sebelah?

Jadi prinsipnya kita butuh perubahan titik, pemimpin muda yang berkarakter dan memiliki kejelasan tujuan.

Bukankah dengan track record ada di dalam lingkaran yang secara faktanya menjadi pesakitan sekarang ini.

Ingat kita tidak sedang memilih pemimpin terbaik, tapi mencegah yang buruk memimpin.

Jangan salah pilih, jangan pilih yang salah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *