Umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia akan menyambut Lebaran Idul Fitri 1446 H/ 2025 M. Pasca kurang lebih 30 hari melaksanakan ibadah puasa bagi umat Muslim, kini tiba saatnya menyambut Lebaran Idul Fitri 1446 H.
Lebaran Idul Fitri biasanya dirayakan dengan penuh suka cita dan kebersamaan bersama keluarga.
Selain itu, mudik juga menjadi teori dan praktik yang menjadi darah daging bagi umat Muslim saat Lebaran tiba.
Pada momentum tersebut, kebersamaan direkatkan kembali dengan penuh intim dan semangat saling memaafkan.
Jika biasanya silaturahmi hanya melalui media sosial seperti whatsapp, telegram atau aplikasi lainnya, lain halnya dengan Lebaran.
Mayoritas dari masyarakat kembali pulang ke kampung halaman.
Tujuannya agar lebih untuk sekedar bisa bertemu lebih intim kecuali bagi mereka yang tidak bisa mudik karena ekonomi.
Serba- serbi baru mulai dari pakaian hingga kendaraaan menjadi perilaku sosial yang ditunjukkan masyarakat saat mudik.
Tidak ada yang salah dengan peristiwa tersebut sepanjang dilakukan dengan sekedarnya tanpa berlebihan.
Namun bisa menjadi paradoks jika dilakukan dengan cara berlebihan; ajang pamer kesuksesan saat mudik.
Misalnya pamer mengenai jabatan, kendaraan atau karir, dsb, yang itu malah menjadi topik utama dibahas saat Lebaran.
Endingnya adalah membangga-banggakan diri menjadi prioritas bukan esensi nilai- nilai Lebaran yang terkandung dalam Agama dipraktikkan.
Bagi yang belum merasa punya jabatan, karir atau hal lainnya dirasa istimewa, malah bisa menjadi minder untuk dijawab.
Padahal Lebaran merupakan ajang instropeksi diri untuk saling maaf – memaafkan pasca melaksanakan Ramadan.
Lebaran juga menjadi momentum untuk mentadaburkan “gaya hidup secukupnya” sebagaimana Islam mengajarkan.
Bukan tidak boleh bergaya, silahkan selagi itu sewajarnya; tidak berlebihan hingga menjadi ajang pamer pencitraan.
Bukankah gaya hidup yang berlebihan merupakan faktor utama banyak elit kita masih tersandung korupsi? Padahal gaji pejabat lebih dari sekedar cukup.
Spirit Lebaran
Terbaru kasus korupsi yang dialami pejabat tersandung kasus pertamina hingga menelan kerugian negara mencapai Rp 193 Triliun.
Padahal gaji sebagai pejabat direktur pertamina mencapai Rp 4,7 Miliar.
Pertanyaannya kenapa kok masih bisa korupsi? karena salah satu faktor utama adalah gaya hidup yang tidak pernah cukup.
Semangat hidup sederhana dalam perspektif penulis bukan berarti menolak kaya dan menerima kemiskinan, tidak.
Memiliki harta yang cukup dengan jalan pekerjaan/karir yang diperjuangkan adalah konsekuensi logis selagi tidak menindas.
Spirit berbagi saat Lebaran menjadi salah satu uji kualitas sebagai seorang mukmin pasca berzakat.
Zakat sendiri dalam Islam sangat penting untuk mengentaskan kemiskinan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.
Apalagi di tengah kondisi bangsa saat ini masih dihadapi beberapa tantangan; inflasi ekonomi, pendidikan, lapangan kerja, kebijakan dinilai kontroversial dan penyakit sosial lainnya.
Oleh karena itu, Lebaran menjadi kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas berAgama dan berIndonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Selamat Lebaran Idul Fitri 2025, mohon maaf lahir dan batin.