Aeliko Jans Zeijlker, administratur perkebunan tembakau, berkebangsaan Belanda, pelopor eksplorasi minyak di Indonesia. Tentu kita pun tak bisa melepaskan sumbangsihnya atas industri perminyakan di Langkat.
Telaga Said, Langkat, Sumatera Utara. Pada 1885, keluar semburan minyak dan gas. Kemudian wilayah ini menjadi ladang minyak pertama di Sumatera sekaligus kedua di Nusantara. Setelah pengeboran awal di Majalengka, Jawa Barat, pada 1871.
Perjalanannya bermula pada 1871, ketika Jan Reerink menemukan rembesan minyak di pinggang Gunung Ciremai, Majalengka.
Pengeboran perdananya menghasilkan 6.000 liter minyak mentah yang dipompa dengan tenaga sapi, dari sumur yang kelak dikenal sebagai “Maja-1” atau “Cibodas Tangat-1.”
Namun satu dekade kemudian, emas hitam “minyak bumi” ditemukan di Langkat. Semuanya berawal saat Zeijlker, saat berteduh gubuk ketika hujan lebat.
Saat mandor kebun yang menemaninya menyalakan obor. Zeijlker melihat cahaya yang tak biasa, terang benderang. Rahasianya, ujung obor itu dibasahi cairan yang tersimpan di belakang gubuk.
Zeijlker, curiga cairan itu adalah kerosen, membawanya pulang untuk diteliti. Keyakinannya kian bulat, di tanah tempatnya berteduh tersimpan minyak bumi.
Atas temuan dan keyakinannya itu, Zeijlker menggalang modal dari pengusaha perkebunan di Belanda. Setalah modal terkumpul, Ia memulai pengeboran di Telaga Said, tak jauh dari Pangkalan Brandan.
Semburan Bersejarah

Pada Juni 1885, sumur Telaga Tunggal I menyemburkan gas, air, dan minyak dari kedalaman bumi.
Semburan ini menjadi tonggak sejarah, sumber minyak komersial pertama di Sumatera. Menjadi cikal bakal ladang produktif di Telaga Said yang kelak menjadi bagian penting The Royal Dutch Shell.
Kejayaan atas eksplorasi minyak ini bukan berarti tanpa tantangan. Modal yang dimiliki Zeijlker terbatas, sementara eksplorasi memerlukan investasi besar. Atas permasalahan itu, akhirnya Pemerintah Hindia Belanda pun turun tangan.
Cikal Bakal The Royal Dutch Shell

Melalui Jawatan Pertambangan, Pemerintah Hindia Belanda mengutus insinyur muda Adrian Stoop.
Kemudian, Stoop memimpin eksplorasi, berbekal keahlian yang diperolehnya dari Standard Oil Company, Amerika Serikat.
Telaga Said bukan sekadar ladang minyak. Ia adalah batu loncatan lahirnya raksasa minyak dunia. Pada 1890, perusahaan Zeijlker bergabung membentuk De Koninklijke Olie, yang kelak berfusi dengan Shell menjadi The Royal Dutch Shell.
Lebih dari seabad kemudian, Langkat dan Pangkalan Brandan masih lekat dalam ingatan sejarah sebagai “kiblat” awal eksplorasi minyak di Sumatera.
Dari rembesan cairan di belakang gubuk hingga menjadi pusat industri perminyakan dunia, Sumatera Utara menegaskan perannya sebagai pionir di luar Jawa.
Cikal bakal penguasaan teknologi dan jaringan minyak yang membentuk wajah industri energi Indonesia hingga kini.