Siapa yang tidak mengenal Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi., M.A., Ph.D ? Beliau adalah seorang mujtahid, pengajar, akademisi, birokrat dan pakar filsafat hukum Islam plus hermeneutika Al-Qur’an di Indonesia.
Saat ini, Prof. K.H. Yudian Wahyudi, menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia sejak 5 Februari 2020.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta periode 2016-2020. Ia menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Ia adalah lulusan pondok pesantren Tremas, Pacitan 1978 dan pondok pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta pada 1979.
Selain itu, ia meraih gelar Bachelor of Art (BA) dan doktorandus di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1982 dan 1987), serta BA dari Fakultas Filsafat UGM (1986).
Prof. K.H. Yudian Wahyudi memecahkan rekor sebagai dosen pertama dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat (AS) pada 2002-2004.
Rekor itu diraihnya setelah menyelesaikan pendidikan doktor (Ph.D) di McGill University, Kanada.
Beliau juga menjadi profesor dan tergabung dalam American Asosiation of University Professors periode 2005-2006, serta dipercaya mengajar di Comparative Department, Tufts University, AS.
Kesaksian
Saya sendiri adalah salah satu Salik Tarekat Sunan Anbia yang saat menjadi Rektor di salah satu PTKIS di Bekasi dibaiat pada Rabu, 07 April, 2021, sehingga menjadi Salik Tarekat Sunan Anbia (tarekat eksistensialis +positivis + kontemporer).
Tarekat itu berdiri pada 17 April 2015, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-55. Saya di baiat di Istana negara yakni di kantor Kepada BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pencasila).
Hingga kini, saya istiqamah mendawamkan amalan dari Tarekat Sunan Anbia yakni Shalat Hajat dan Majelis Ayat Kursi (sudah berjalan 4 Tahun).
Sehingga slogan saya sampai saat ini adalah: “Tiada hari tanpa shalat hajat, tiada waktu selain baca dan menulis, jihad menghafal Qur’an untuk membangun peradaban.”
Ketatapan Hati
Keistiqamahan saya sebagai Salik Tarekat Sunan Anbia, saya sematkan dalam sebuah buku yang berjudul: “Salik Tarekat Sunan Anbia: “Perjalanan Spiritual Sang Murid Dr. K.M Sadari, S.H.I., M.S.I: Mengikuti Jejak Sang Mursyid Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi., M.A., Ph.D Menuju Eksistensialis + Positivis + Kontemporer.”
Sebelumnya buku ini terbit, saya sudah banyak melakukan pengamatan tentang Tarekat Sunan Anbia yakni sejak tahun 2016 (beberapa kali saya pernah survey secara mandiri ke pondok Pesantren Nawesea).
Buah pengamatan tersebut, akhirnya melahirkan sebuah buku berjudul: “Di Balik Kemampuan Ada Kesempatan Di Balik Kesempatan Ada Kemampuan: Menjadi Orientalis “Plus” Bersama Prof. K.H. Yudian Wahyudi., M.A., Ph.D.”
Dalam buku tersebut, saya torehkan kembali pesan-pesan pemikiran Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi. ke dalam bahasa ilmiah dengan gaya populer, sehingga lebih mudah dimengerti.
Saya sampaikan kembali (riwayat bil makna) dengan kata-kata kunci seperti: adzan, halal bi halal, ledakan iqra’, mikraj, tahajjud ilmiah, jihad ilmiah, ushul fiqh, fiqh Indonesia dan maqashid syariah.
Buku tersebut mendapatkan tiga kata pengantar yakni: beliau sendiri Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi.
Kemudian Prof. Phil. Al-Makin., M.A (saat itu Rektor UIN Suka).
Lalu dari Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin., M.A (saat itu Wakil Rektor II UIN Suka, pernah juga menjadi Plt. Reltor UIN Suka, sekarang sudah menjadi Profesor dan menjadi Direktur Pascasarjana UIN Suka.
Kemudian naik tingkat sekarang menjadi Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Pemikiran Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, kemudian dibumikan dengan menyusun doa-doa lewat tarekat yang didirikannya bernama Sunan Anbia. Sebuah Tarekat Eksistensialis + Positivis + Kontemporer.
Hadirkan Surga Dunia
Melalui tarekat ini, bertujuan “untuk menghadirkan surga di dunia, sebelum surga di akherat.
“Tarekat ini juga, diharapkan bisa mempersatukan hati umat Islam. Sunan Anbia itu, berasal dari bahasa Arab, Sunan adalah bentuk jamak dari kata “Sunnah”, sedang Anbia dari kata “Nabi.” Secara keseluruhan berarti “Sunah para Nabi.”
Tarekat Sunan Anbia, oleh Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi., M.A., Ph.D, sudah dipraktekkan sejak tahun 1980-an.
Namun, dirinya baru mendeklarasikan mulai tahun 2015 lalu. Berkat tarekat ini, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi., M.A., Ph.D, melejit dan berhasil menggapai apa yang dicita-citakannya yaitu menggapai surga dunia, berupa kesuksesan dalam berkarir.
Di antaranya, berhasil menduduki jabatan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta hingga Kepala BIPP RI. Di sela kesibukannnya sebagai seorang akademisi, birokrat dan teknokrat.
Mencetak Anak Bangsa
Ia masih sempat meluangkan waktunya untuk fokus mengembangkan lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal yakni berupa Sekolah dan Pondok Pesantren.
Melalui Yayasan Sunan Averroes kemudian membina dan mengelola lembaga formal berupa sekolah dari tingkat SD, SMP dan SLTA berupa SMA Pancasila (sekolah kedinasan).
Visi dan misinya mencetak anak bangsa, kelak menjadi seorang Presiden.
Sedangkan lembaga non-formal berupa: Pondok Pesantren Nawesea, sebagai pesantren penakluk UN/NEM (atau apa pun namanya) dan bahasa Arab.
Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, meyakini, bahwa doa-doa mustajab yang dipanjatkan oleh seorang hamba adalah setelah Shalat Hajat.
Sosok Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, yang telah membuktikkan dengan kebenaran korespondensinya telah terbuka pintu Harvard dengan salah satu doanya yakni: Allahummah Taflana Abwaba Harvard, artinya “ya Allah bukakanlah pintu-pintu Harvard.”
Di sini, Harvard adalah simbol ilmu, menyoal tempat kapan pun bisa berubah dan silih berganti, namun saat ini, kampus terbaik dunia masih dipegang oleh Harvard, sebagai kampus bonafid di dunia, Amerika.
Jadi maksud Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, marilah meraih cita-cita dalam pendidikan itu, sampai pada pendidikan yang tertinggi dan terbaik di dunia, itulah Harvard.
Selanjutnya beliau merangkai doa-doa, kemudian dikemasnya untuk dibacakan ketika dan setelah Shalat Hajat (sebagai benteng) dan mendawamkan Majelis Ayat Kursi, kapan pun (sebagai senjata).
Saya sendiri memberikan kesaksian bahwa selama bertemu –sowan, minimbah ilmu– dengan sang mursyid.
Munajat Kebangsaan
Beliau sedang bermunajat kepada Allah Swt, lewat Shalat Hajat yang beliau lakukan secara mudawamah dan mengkhususkan kepada para tokoh pemimpin bangsa Indonesia, agar para presiden bisa bertemu.
Baik yang sedangan menjabat sebagai presiden maupun mantan presiden (exspresiden). Tujuannya tidak lain adalah agar para tokoh pemimpin bangsa bisa bersatu.
Alhamdulillah, sebagaimana dilansir dalam situs kompas dan berita di banyak media sosial, dengan izin Allah Swt.
Akhirnya Presiden RI Prabowo Subianto bisa bertemu dengan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, pada Senin, 7 April 2025 diwaktu malam hari.
Pertemuan yang telah lama dinantikan ini, berlangsung di rumah Megawati, di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi di tengah momentum Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah dan juga sebagai wujud tukar pikiran soal masa depan Indonesia.
Di dalam pertemuan tersebut Prabowo tidak datang sendiri. Ia didampingi sejumlah petinggi Partai Gerindra seperti Ahmad Muzani, Sugiono, dan Prasetyo Hadi. Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya juga turut hadir.
Sementara itu, Megawati didampingi sejumlah tokoh, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Budi Gunawan.
Kelahiran
Kamis, 17 April 2025 (lahir: 17 April 1960) merupakan hari Milad Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D yang ke-65 tahun.
Saya pun mendoakan “Semoga panjang umur, sukses dunia dan akhirat.” Begitu pun ini termasuk hari jadi Tarekat Sunan Anbia yang diresmikan yakni hari Rabu 15 April 2015.
Berdasarkan kalender Jawa, tanggal 15 April 2015 juga bertepatan dengan 25 Jumadil Akhir 1948 Jawa, dengan weton Rebo Wage.
Adapun dalam kalender Hijriah, tanggal tersebut bertepatan dengan 25 Jumadil Tsania 1436.
Melalui Tarekat Sunan Anbia, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D telah mengamalkan QS. Ad-Dhuha (93): 4 yaitu:
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ
Artinya: “dan sungguh masa depan lebih baik dari hari ini.”
Merencanakan Masa Depan
Hal itu, sebagai perwujudan tahadusbinnikmah setelah mencapai akherat (masa depan yang direncanakan).
Ula itu sekarang, yang segera menjadi kemarin. Dalam surat itu, ada tiga contoh ula daruriat yang harus ditahadusbinnikmati: bingung ke membimbing; dari yatim ke mengasuh; dari miskin ke memberi.
Salah satu tahadusbinnikmah Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D adalah membangun masjid, mendirikan SMP dan mendirikan Beasiswa Yudian W. Asmin sebagai penunaian nazarnya.
“Seandainya menang maupun kalah dalam pemilihan Direktur Pascasarjana 2011. Menurutnya akan ditunaikan sejak 1 Juli 2011. Dapatnya 10x lipat.”
Apa itu? Rektor yang membawahi rektorat; 8 Dekan dan 1 Direktur Pascasarjana. Uniknya, pelantikan rektor 12 Mei 2016 itu, bertepatan dengan hari terakhir UN SMP se-Indonesia.
Bertepatan dengan dirinya sudah menunaikan nazarnya selam 5 (lima) tahun.
Alhamdulillah, hingga saat ini Beasiswa Yudian W. Asmin masih terus belanjut untuk SMP Sunan Averroes dan SMA Santri Pancasila, tapi sudah bukan nazar.
Itu tahadusbinnikmah secara pribadi. Secara administrasi struktural, misalnya sebagai rektor, ada juga.
Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D telah memformulasikan sebuah rumus masa depan dan sukses, antara lain:
Tabel Rumus Masa Depan
Usia Produktif
Mari kita kaji dan uji berdasarkan kebenaran korespondensinya. Berdasarkan riset yang ada dan bersumber dari “New England Journal of Medicine.”
Terdapat beberapa alasan, kapan orang menjadi sukses dan dinyatakan telah matang. Dalam sumber tersebut menyebutkan.
Mengapa perusahaan harus merekrut orang yang berusia di atas 60 tahun untuk posisi senior dan bertanggung jawab?
Mereka beralasan, karena lebih produktif daripada mereka yang berusia di bawah 60 tahun!
Kemudian terdapat sebuah studi di Amerika menemukan bahwa usia paling produktif.
Dari hasil penelitian di Amerika tersebut menemukan bahwa usia paling produktif dalam kehidupan seorang pria adalah antara 60-70 tahun, sedangkan usia 70-80 tahun merupakan usia paling produktif ke-2.
Usia paling produktif ke-3 adalah 50-60 tahun usia seorang pria. Dimana kebanyakan pemenang Nobel adalah 62 tahun.
Dan menjadi CEO perusahaan Fortune 500 adalah 63 tahun.
Begitupun pendeta terdapat dari 100 gereja terbesar di Amerika adalah 71 tahun. Dan usia pendeta di 100 gereja terbesar di Amerika adalah 72 tahun. Usia rata-rata Paus adalah 76 tahun.
Ini menunjukkan bahwa Tuhan mungkin telah merancang bahwa tahun-tahun terbaik dalam hidup Anda adalah 60-80 tahun!
Sebuah studi yang diterbitkan di NEJM menemukan bahwa pada usia 60-80 tahun, Anda akan mencapai puncaknya.
Jadi, jika kita berusia antara 60-70, atau 70-80, berarti kita memiliki tahun-tahun terbaik dan terbaik kedua dalam hidup bersamanya! Oleh karena itu, saat ini inilah kita harus melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dari sekarang.
Bukan Sekedar Berlomba – Lomba
Menurut Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D dalam memahami teks ayat QS. Al-Baqarah (2): 148 dan QS. Al-Maidah (5): 48 yang berbunyi: فاستبقوا الخيرات (fastabiqul khairat), bukan sekedar berlomba-lombalah dalam kebaikan, tapi menjadi orang yang terbaik dari yang baik.
Ayat ini merupakan seruan untuk saling berlomba dalam melakukan amal kebaikan dan mempercepat diri untuk melakukan perbuatan yang terbaik.
Ini adalah motivasi untuk meningkatkan kualitas spiritual dan berbuat baik dalam berbagai aspek kehidupan.
Di usianya yang menginjak ke 65 tahun, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, telah menemukan kebenaran korespondesinya.
Saat ini, menjadi tokoh yang sukses sebagai pejabat setingkat Menteri yakni Kepala BPIP Republik Indonesia (dua perode) tahun 2020-2027.
Hadiah Untuk Bangsa
Tentunya masih banyak prestasi lainnnya yang telah diraihnya. Bahkan di hari Miladnya kali ini, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A. Ph.D telah mengikuit akhlak Rasulullah Saw yakni تهدوا تحابوا (tahaddu tahabbu), yang artinya “Saling memberi hadiahlah kalian agar saling mengasihi”.
Beliau memberikah hadiah untuk bangsa Indonesia, melalui riyadhahnya berupa “Tahaddu Bhinika Tunggal Ika.”
Yakni mempersatukan hati para memimpin dan tokoh bangsa yakni Presiden RI, Prabowo Subianto dengan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri dan bisa saling bertemu.
Keduanya bersilaturahim dalam momentum halal bi hahal, demi kemajuan masa depan bangsa Indonesia.
Menjadi Presiden RI
Tulisan ini saya sematkan pertama, tidak lain sebagi wujud ikhtiraman dan mala barokah kepada sang Mursyid dan segenap bangsa Indonesia.
Bahwa semangat kebaikan dari siapa pun tidak boleh pudar, lekang atau menghilang dari peredaran sejarah peradaban.
Dan sosok Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, adalah bagian dari tokoh sejarawan (historian) dan pelaku sejara (historis maker) bangsa Indonesia.
Kedua, sebagai hadiah untuk Mahaguru Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, sebagai Kepala BPIP RI.
Seringkai beliau selalu mendoakan orang “Semoga menjadi Presiden RI.”
Nah, dalam momentum kali ini, saya pun mendoakan kembali, beliau nantinya “Semoga bisa menjadi Presiden untuk bangsa ini.”
Meskipun, sejatinya sejak 11 November, 2017, beliau teraklamasi menjadi presiden, tetapi bukan Presiden RI.
Sejak itu, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D adalah President of Asian Islamic Universities Association (AIUA, 11 November 2017-2019).