OPINI  

Intimidasi Jurnalis, Pemerkosaan Hutan dan Gambaran Kerakusan Manusia

Ilustrasi Narasi Jurnalis
Iklan Pemilu

Beberapa hari yang lalu, sontak terdengar kabar yang mencengangkan. HSP, seroang Jurnalis terkena intimidasi.

Intimidasi tersebut datang dari MK, juga seorang aktifis, termasuk salah satu pemuda yang vokal di Kabupaten Langkat.

Intimidasi berawal dari berita yang dirilis HSP mengenai dugaan kerusakan hutan Lau Damak, Kecamatan Bahorok-Langkat.

MK tidak terima lalu melakukan rangkaian intimidasi yang kabarnya sampai kepada kekerasan fisik.

Lagi, kekerasan fisik akibat tabrakan kepentingan terjadi.

Kali ini adalah lingkungan, alam dan ekosistem hutan yang notabene adalah kepentingan seluruh umat manusia.

Kenapa ini bisa terjadi?

Perusakan hutan karena kepentingan pembangunan tanpa pertimbangan  AMDAL merupakan sebuah persoalan serius.

Ditambah lagi dengan intimidasi. Persoalan jadi semakin serius!

Mari sejenak refleksi, menelusuri kembali ke dalam hati, sebuah nilai spiritualitas yang kerap diabaikan.

Dalam sebuah teori transformasi kesadaran, teori yang diriset oleh seorang pemuda selama lebih kurang 20 tahun, lulusan Jerman dan pengajar di STF Driyarkarya.

Dalam teori tersebut beliau menyebutkan teori diatingtif dualistik.

Baca Juga  Santri Bakar Seorang Pengajar Pondok Pesantren Di Langkat

Kesadaran yang lahir dari pemahaman bahwa manusia sebagai subjek yang istimewa memiliki wewenang kepada yang lain (tumbuhan, hewan dan lingkungan sekitar dianggap sebagai objek), untuk dipergunakan sepenuhnya, untuk kepentingan manusia.

Imbas dari kesadaran ini adalah eksploitasi alam! Alam berkewajiban melayani setiap kebutuhan manusia.

Kesadaran Lahirkan Sikap Rakus

Kesadaran ini akan melahirkan sikap rakus terhadap alam.

Hutan dibabat demi kepentingan segelintir elit pemilik modal.

Gunung dikeruk hanya untuk manusia ingin akses alternatif yang lebih cepat sampai ke kantor tempat mereka bekerja.

Pohon ditebang hanya karena si Fulan memiliki uang banyak untuk membangun kolam renang, misalnya!

Banyak ekploitasi alam hanya karena keinginan remeh temeh manusia!.

Bahkan imbas yang paling ektrem adalah melahirkan sebuah ilusi keterpisahan. (Illusion of Separation).

Menyadari sepenuhnya jurang perbedaan. Aku dan yang lain, aku dan bangsa lain, aku baik dan engkau buruk.

Yang bersebrangan, berbeda berhak ditindas dan dihukum. Ilusi tersebut melahirkan konflik.

Ini yang terjadi atas tragedi HSP sebagai korban dari perbedaaan kepentingan antara kerusakan hutan demi kepentingan ekonomi dan keterbukaan informasi publik demi kontrol sosial.

Baca Juga  Warga Medan Diperas Rp 25 Juta Paska Dianiaya dan Disekap 3 Hari Libatkan Oknum Brimob

Manusia sebagai bagian dari warga semesta seharusnya sadar bahwa kerusakan ekosistem adalah ancaman bagi keberlangsungan hidup kita.

MK, jika terbukti secara prosedural menganggap apa yang dilakukannya tidak berdampak pada kerusakan hutan, lakukan klarifikasi secara bergengsi tanpa perlu intimidasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *