BERITA  

Baitul Jafar: Bertemunya dua Tarekat serumpun dalam satu hidangan Makan malam

Iklan Pemilu

Rabu, 09/07/ 25 pukul 08.30 Wib, di Aula Rumah Suluk Baitul Jafar Tarekat Naqshadandiyah al -khalidiyah Ayah guru Kadirun Yahya dikunjungi Syaikh Yasin Attari al Qadiri, ULama sufi yang berasal dari Pakistan.

Rombongan Syaikh disambut dengan hangat, kemudian dijamu makan malam oleh Abi Kiki (Dr. H. Syekh Ahmad Baqi Arifin SH., MBA., MM., ) selaku pimpinan Alkah Baitul Jafar

pembicaraan-pembicaraan ringan antara dua pengamal tariqat itu pun terjadi dengan hangat.

Abi kiki,  membuka obrolan dengan memperkenalkan serta menjelaskan kepada Syaikh Silsilah ahli Tarekat Naqshabandiyah Kadirun Yahya secara umum.

Sebelum makan, Abi kiki  mendampingi rombongan syaikh untuk berkeliling melihat kondisi Rumah suluk, tempat alkah dzikir dan tempat-tempat yang lain di lingkungan Rumah suluk.

Selepas mencicipi hidangan, Abi kiki membuka obrolan ringan dengan syaikh.

Dalam petikan dialog, Abi kiki memberikan pandangan dan keresahannya selama ini.

Abi kiki menilai hari ini, sebahagian besar Ulama hanya memberikan proteksi kepada jamaahnya, bukan memberikan kecerdasan.

Banyak terjadi Khilafiyah, disebabkan karena sikap yang tidak terbuka terhadap keragaman.

Baca Juga  Tranformasi Yang Presisi Bagian Integral Wujudkan Visi Indonesia Emas

Para jamaah dipersiapkan dengan sejumlah argumentasi hanya untuk mengcounter pendapat yang berseberangan dengan ajarannya.

Apapun Tarekat kita, kata Beliau, kita pasti akan menemukan dan menuju satu keyakinan agung, yaitu menegakkan Kalimat Allah yang Maha Tinggi.

Cerminan Islam adalah merujuk kepada persatuan. Membangun silaturahmi, persaudaraan tidak memperdulikan perbedaan.

Kami diajarkan nek akik (Panggilan Abi kiki dan para cucunya kepada kakeknya, ayah guru Kadirun Yahya) untuk menghindari pertikaian tentang Agama karena agama itu maha tinggi.

Kita manusia yang rendah ini tak pantas bertikai untuk sesuatu yang maha tinggi.

Toh belum tentu pendapat kita mewakili apa yang dimaksud oleh Allah SWT.

Kita seharusnya lebih fokus kepada nilai makrifat yang paling tinggi dalam bertarekat ini yaitu bermuamalah dengan Akhlakul Karimah.

Tidak ada manusia yang paling pintar di antara manusia lainnya, karena yang terpintar semestinya adalah Kalam Allah yang membentang di setiap kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *