Sampah sepertinya menjadi persoalan yang tak kunjung mampu diselesaikan. Di Alun-alun T Amir Hamzah Stabat, area yang dijadikan lokasi car free day (CFD) setiap minggunya, turut diwarnai sampah yang berserakan. Sampah-sampah itu berasal dari pedagang yang berjualan malam hari di lokasi tersebut.
Hal itu diketahui oleh komunitas Gen Hijau beraksi kedua kalinya, Minggu ini, 21 September 2025. Pada aksi kedua ini, limbah dari aktivitas manusia di sana terkumpul sedikitnya 40 kantong plastik berukuran besar.
“Sebagian besar sampah yang kami pungut, dari sisa aktivitas pedagang di lokasi CFD. Kulit jagung, kulit kacang rebus, dan pembungkus makanan menumpuk di dekat kursi-kursi taman. Sampah-sampah itu, sudah ada sebelum masyarakat hadir meramaikan CFD,” ketus Al Fazar, Kordinator Gen Hijau usai giat bersih-bersih di sana.
Begitupun, hal tersebut tidak menyurutkan niat komunitas pemuda yang peduli dengan lingkungan sehat ini, untuk terus bergelut dengan sampah. Mereka tetap konsisten memungut limbah yang berserakan di sana tiap minggunya.
Ironisnya, persoalan sampah dari para pedagang sudah pun dipungut biaya oleh dinas terkait. Namun styrofoam box, mika, bambu tusuk bakso dan kantong plastik dari aktivitas pedagang tetap berserak tanpa ada penanganan serius.
“Duit kebersihan dipungut, sampahnya dibiarkan berserak. Informasi dari pedagang, mereka dibebani biaya sampah Rp3.000 oleh petugas dari dinas lingkungan hidup (DLH) per harinya. Bahkan ada yang sampai 2 kali bayar,” beber Fazar.
Selalu Dipungut Iuran
Semestinya, tegas Fazar, keasrian even CFD di seputaran Alun-alun T Amir Hamzah merupakan tanggung jawab bersama. Terlebih, ruang terbuka publik ini kerap dijadikan tempat bersantai dan berolah raga oleh masyarakat sekitar.
Jika lingkungan bersih dan asri, tentunya akan selaras dengan aktivitas masyarakat di even CFD. Dimana, berolahraga dan bersantai di ruang terbuka publik tentunya membutuhkan lingkungan sehat yang bebas dari sampah.
Sementara, salah seorang pedagang di seputaran Alun-alun T Amir Hamzah Stabat mengeluhkan hal terebut. Mereka tetap dipungut biaya kebersihan dari DLH. Petugasnya tak pernah libur memungut iuran.
“Tiap hari dipungut uang kebersihan. Sampah yang kami kumpulkan di dekat lapak dagangan kami, entah kapan-kapan baru dipungut. Kadang sampe 2 hari numpuk. Risih juga sih di lokasi dagangan ada sampah. Pembeli tentunya jadi gak nyaman kan,” ketus Alim, salah seorang pedagang di sana.
Bella, salah sorang pengunjung CFD di Stabat sangat menyayangkan kondisi ini. Sampah sisa makanan yang berserakan sangat mengganggu kenyamanan.
“Ini persoalan yang semestinya diprioritaskan. Sampah kan jelas identik dengan nuansa kumuh dan terkesan tidak sehat. Pihak terkait diharapkan segera mengatasi masalah sampah ini. Supaya warga nyaman beraktivitas di areal CFD,” ketus Bella bersama temannya.